INOVASI PUSKESMAS DALAM MENGATASI TBC

by Admin Web Puskesmas


2024-03-25 03:04:08
4

900x300

Tuberkulosis pada anak merupakan komponen penting dalam pengendalian TBC karena jumlah anak berusia kurang dari 15 tahun adalah 40-50 % dari jumlah seluruh populasi dan terdapat sekitar 500.000 anak di dunia yang menderita TBC setiap tahunnya. Kasus TBC anak di jawa timur pada tahuan 2022 sebanyak 7.712 Kasus TBC Anak dengan prevalensi kasus 4.369 Kasus TBC Anak ditemukan 4.359 Kasus TBC Anak diobati. Kabupaten Trenggalek sendiri pada tahun 2022 pencapaian angka Treatment Coverage (TC) sebesar 16%, dan menduduki peringkat terakhir dalam cakupan penemuan dan pengobatan kasus TBC di jawa Timur. Di Trenggalek Penemuan kasus TBC anak pada tahun 2022 sebanyak 154 kasus TBC anak dan Pencapaian temuan kasus TBC pada anak di trenggalek masih tergolong rendah. Menurut CDC, diantara kasus TBC pada anak, kasus TBC paling banyak ditemukan pada anak usia 5 tahun (balita). Di Indonesia, TBC pada anak masih menjadi masalah dan termasuk dalam salah satu program pengendalian TBC secara nasional. Hal ini terjadi karena sulitnya penegakan diagnosis TBC anak mengakibatkan penanganan TBC anak tidak dapat diatasi dengan baik. Infeksi TBC pada anak terjadi akibat kontak dengan orang dewasa sakit TBC aktif. Tuberkulosis pada anak dapat menyebabkan kekurangan gizi pada anak yang dapat menyebabkan stunting. Di wilayah kerja puskesmas suruh terdapat 1154 balita yang diantara balita tersebut kemungkinan adalah balita dengan TBC yang belum terdeteksi, dengan tanda gejala yang perlu dikenali sejak dini. Berdasarkan latar belakang tersebut maka Puskesmas Suruh melakukan gerakan inovasi untuk strategi penanggulangan tuberkulosis dengan Skrining TBC Balita di Posyandu Terpadu ( SI BADUT) dengan skrining TBC pada balita ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat penanganan yang dapat diterima secara luas yang dilakukan oleh bersama praktisi baik kader, masyarakat, petugas kesehatan, lintas program dan lintas sektor maupun swasta dalam penanganan pasien atau diduga menderita TB anak. Bentuk kegiatan dalam program inovasi SI BADUT adalah:

a.TIM SI KRIBO (Tim Skrining Tuberkulosis) Merupakan suatu kegiatan menggabungkan lintas program untuk menjadi satu kesatuan tim yang akan melaksanakan skrining deteksi TBC pada balita memberikan dampak pemeriksaan yang lebih mendetail untuk penentuan terduga dari TBC anak.

b.SI CANTIK TB (Skrining Cakupan Anak Terindikasi Tuberkulosis) Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tim skrining TBC yang melakukan skrining di seluruh posyandu balita dan juga mengidentifikasi pada balita dengan indikasi kusus seperti balita stunting untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut memberikan dampak pelayanan prima untuk seluruh balita mendapatkan pelayanan skrining TBC dan pelayanan indikasi factor resiko.

c.SI TB JUMPA PERS (Konsultasi skoring TB dan Perujukan terintegrasi pelayanan TB ke RS) Kegiatan yang dilakukan oleh tim TB DOTS Puskesmas Suruh yang dilakukan untuk menindaklanjuti terduga TBC anak yang telah terskrining memberikan dampak pada terduga TBC anak untuk mendapatkan pelayanan lanjutan dari dokter dan petugas kesehatan secara langsung untuk konsultasi dan penegakan diagnose yang tepat.

d. SI BATIK MANTAB (Sistem Pengobatan TBC, Investigasi kontak, Pemantauan minum obat TBC) Merupakan kegiatan mengobati pasien, melakukan investigasi kontak dan pemantauan minum obat pasien TBC memberikan dampak pasien dapat berkonsultasi secara langsung pada petugas kesehatan tentang pengobatan untuk meminimalkan efek samping obat serta edukasi peningkatan pengetahuan masyarakat sekitar pasien tentang TBC.

e.SI OK TB (Sistem Online Konseling Tuberkulosis) Sistem online konsultasi berupa telemedicine kepada pasien TBC dengan melakukan edukasi dan konsultasi via WA. Memberikan dampak mempermudah pasien TBC untuk mendapatkan layanan konseling.

Bagikan Ke: